Parade tentang hadirnya kerajaan di bumi di dasarkan oleh belas kasihan Tuhan melihat penderitaan dan kesukaran hidup umatNya di bumi. Tak terbatas pada ruang sejarah injil dalam kisah pelayanan Yesus pra penyaliban, namun dalam ruang pelayanan Yesus dalam konteks kekinian, kita menyaksikan bagaimana belas kasihan Tuhan telah membawa gerejaNya bertumbuh dan Berkembang.
Dinamika pengembangan dalam ruang pelayanan kita saat ini melalui pembangunan gedung-gedung ibadah dan pembenahan internal menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sedang berjalan di tengah-tengah kita dan menyatakan mujizatNya dan tentunya, menghadirkan sorga sebagai karya gereja di bumi membutuhkan hati dari umat Tuhan yang penuh belas kasihan sebagai wadah ilahi yang melaluinya Allah menyatakan mujizatNya. Marilah kita belajar dan mencermati sikap hati Tuhan Yesus sebagai wujud keprihatinannya atas dunia ini.
Perikop bacaan suci ini mengajarkan kepada kita betapa besar Yesus mengasihi kita. Matius mengatakan bahwa Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan. Dia berkhotbah, menyembuhkan orang, mengusir setan, menguatkan orang lemah, dan memanggil pendosa untuk bertobat dan mengikut Dia. Semua ini dilakukan Tuhan Yesus karena hatiNya digerakkan oleh belas kasihan. Dia mudah merasakan belas kasihan.
TindakanNya yang didorong oleh belas kasihan ini jugalah yang membuat Dia mendorong para murid untuk berdoa meminta pekerja bagi penuaian ini. Ini hal yang sangat menyedihkan. Mengapa menyedihkan? Sebab yang melayani karena digerakkan oleh belas kasihan terlalu sedikit.
Bagian ini tidak berbicara tentang kurangnya tenaga kerja atau jumlah pelayan. Bagian ini menceritakan bahwa hampir semua umat Tuhan tidak melihat apa yang Tuhan Yesus lihat. Semua pemimpin agama tidak punya belas kasihan yang seharusnya mereka miliki. Apakah jumlah hamba Tuhan kurang? Tidak. Apakah jumlah yang dilayani terlalu besar sehingga kekurangan orang? Apakah sejak dulu sampai sekarang yang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan begitu sedikit? Tidak!
Tetapi sebagian besar jemaat Tuhan kurang peka dan tidak tergerak oleh belas kasihan. Melihat dunia berdosa mereka tidak tergerak. Melihat orang-orang yang menolak Tuhan dan melawan Tuhan pun mereka tidak tergerak, asal diriku aman, asal keluargaku baik, asal orang-orang terdekatku sejahtera. Tidak ada yang menangisi orang-orang lain yang menderita ketidakadilan. Tidak ada yang menangisi orang-orang lain yang terus melawan Tuhan dan tidak mau percaya kepada Dia. Tuhan Yesus berbelaskasihan, apakah kita berbelaskasihan?Tuhan Yesus meminta murid-murid-Nya berdoa karena tidak ada gembala.
Apakah beban berat yang dirasakan Yesus ini juga dirasakan para murid? Atau mereka hanya menangkap perintah, “berdoalah…” lalu mereka segera berdoa tanpa memiliki beban hati yang sama? Jika hanya berdoa tanpa beban hati yang sama dengan Yesus, maka doa itu akan menjadi doa munafik yang hanya bagus dari kata-kata saja, tetapi bukan sesuatu yang keluar dari dalam hati.
Apakah kita juga menyadari krisis yang hingga kini terjadi? Sadarkah kita kalau dunia ini kekurangan gembala? Kurangnya kepemimpinan dalam ruang keluarga maupun institusi di bumi yang tidak berjiwa gembala. Pemimpin-pemimpin umat hanya menyukai perdebatan dan memperkaya kemampuan retorika untuk menunjukkan betapa bodohnya orang lain dan betapa hebatnya mereka.
Pelayanan yang penuh belas kasihan seperti Yesus menjadi ajaran teologi yang tidak membumi. Karena ruang hati umat Tuhan lebih memikirkan pengakuan, besarnya pengaruh, nama, dan kerajaan kecil dalam membangun karya hidupnya.
Dalam situasi dunia yg mengalami pergerakan nilai dan kehilangan rasa ini, Yesus menyentuh hati kita untuk melihat dan menunjukkan belas kasihan. Dan menangis bersama-sama atas kehancuran umat Tuhan dalam doa doa kita.
Kiranya kita semua boleh memiliki hati gembala seperti Yesus sebelum kita mulai berlutut dan berdoa kepada Tuhan meminta Tuhan mengirimkan para pekerja, dan mau memberi diri untuk bekerja atau berkontribusi bagi pekerjaan Tuhan dalam ruang pelayanan kita di GKS Praihowar dan menjadikan GKS Praihowar sebagai gereja yang dinamis dan aktif membangun persekutuan untuk melayani Tuhan dan sesama seperti Yesus yang membangun kerajaan Allah dengan penuh belas kasihan. Amin! [*]
Penulis: GI. Ebenhaeser Landuamah