Jangan Takut, Sebab Aku Menyertaimu (Yesaya 41:8-20)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari rasa takut dan cemas. Kita takut gagal, takut menghadapi masalah keluarga, takut masa depan anak-anak, atau takut dengan berbagai ketidakpastian hidup.

Namun Yesaya 41:10 mengingatkan kita: “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” Firman ini memberi penghiburan dan kekuatan. Penyertaan Tuhan bukan sekadar kata, tetapi janji nyata yang memberi harapan di tengah ketakutan.

Ayat ini ditulis kepada bangsa Israel yang sedang hidup dalam pembuangan di Babel, jauh dari tanah air dan identitas mereka. Mereka mengalami kesedihan, ketidakpastian, dan rasa ditinggalkan. Tuhan menegaskan melalui nabi Yesaya: “Engkau ini hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau.” (ay. 9) Pesan ini menegaskan bahwa penyertaan Tuhan tidak tergantung pada keadaan, tetapi pada kasih dan kesetiaan-Nya.

Ketika kita membaca firman Tuhan ini, kita bisa merenungkan bersama. Tuhan mengajak kita untuk melihat ketakutan bukan sebagai penghalang, tetapi sebagai panggilan untuk bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Di saat kita merasa lemah, kecil, atau tak berdaya, Tuhan tetap hadir. Ia tidak meninggalkan kita ketika kita merasa seperti “cacing kecil Yakub.” Ia meneguhkan kita, memegang tangan kita, dan membawa kita keluar dari ketakutan itu.

Kita bisa membayangkan kehidupan rumah tangga yang penuh tekanan mungkin ada masalah keuangan, konflik, atau kesehatan yang menantang. Dalam keadaan seperti itu, firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak menyerah pada rasa takut. Penyertaan-Nya adalah pegangan yang nyata. Tuhan menolong kita untuk tetap teguh, menguatkan hati yang lelah, dan memberi kedamaian di tengah pergumulan.

Lebih dari itu, Tuhan berjanji untuk mengubah kekeringan menjadi kehidupan. Ia membuat sungai mengalir di padang gurun dan menumbuhkan pohon di tanah tandus. Refleksi ini mengajak kita untuk menyadari bahwa bahkan di rumah tangga yang terasa gersang, yang penuh tantangan dan kelelahan, Tuhan mampu menumbuhkan harapan, sukacita, dan kehidupan baru.Ia memulihkan yang patah dan memberi kekuatan bagi yang lelah.

Renungan ini mengingatkan kita bahwa iman bukan berarti hidup tanpa masalah, tetapi hidup dengan kepercayaan bahwa Tuhan selalu menyertai, meneguhkan, dan memulihkan. Dalam setiap langkah rumah tangga, dari hal-hal kecil hingga keputusan besar, kita diajak untuk merenungkan kehadiran Tuhan yang nyata dan memberi kekuatan. Aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Ketika rasa takut muncul, ingatlah janji Tuhan: Ia menyertai kita.
  2. Saling menguatkan dalam doa dan percakapan keluarga sebagai sarana merasakan penyertaan Tuhan.
  3. Melihat setiap pergumulan sebagai kesempatan untuk belajar percaya dan menyerahkan kehidupan kepada Tuhan.

Penutup

Bapak, ibu, dan saudara-saudari, Yesaya 41:10 menegaskan: “Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau.” Kita tidak pernah berjalan sendirian. Tuhan memegang tangan kita di saat takut, meneguhkan di saat lelah, dan memulihkan di saat gersang. Kiranya setiap rumah tangga yang hadir di sini merasakan kehadiran Tuhan yang nyata, dan iman kita menjadi sumber pengharapan dan kekuatan yang tak tergoyahkan. Amin. [*]

Penulis: Vic. Yulen Tanggu Hana, S.Th

Komentar Facebook
Bagikan ke: