Yang pastinya setiap manusia tidak luput dari dosa atau dengan kata lain semua manusia berdosa. Dengan dosa yang melekat pada diri manusia tentunya manusia membutuhkan belas kasihan dan pengampunan yang datangnya dari pihak Tuhan karena hanya Tuhanlah yang dapat mengampuni atau menyelamatkan manusia dari dosa.
Keluarga yang di berkati Tuhan….
Dalam bacaan kita saat ini menceritakan tentang manusia berdosa yang membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Keterangan yang diberikan oleh Yohanes menjelaskan bahwa orang banyak pulang ke rumah mereka masing-masing yang memperlihatkan bahwa perayaan Pondok Daun sudah berakhir dan saatnya untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika orang banyak pulang ke rumahnya masing-masing, Tuhan Yesus pergi ke Bukit Zaitun.
Tempat ini berada di sebelah timur Yerusalem dan dari situ orang dapat melihat Bait Allah. Lalu Yohanes memberitahukan bahwa pagi-pagi benar Yesus berada lagi di Bait Allah, dan seluruh umat datang kepadaNya. Keingintahuan mereka tentang siapa Dia sebenarnya telah menggiring seluruh umat itu untuk datang lagi kepada Yesus. Sekalipun perayaan Pondok Daun sudah berakhir, tetapi Bait Allah tetap ramai dengan manusia. Dan itu terjadi karena Tuhan Yesus. Melihat kenyataan ini maka Yesus duduk mengajar mereka semua. Dengan memberikan pengajaran, seluruh umat itu diharapkan semakin memahami dengan baik tentang kehadiran Yesus yang adalah Mesias yang sejati.
Orang-orang Farisi yang tidak mengakui keMesiasan Yesus telah bersepakat dengan imam-imam kepala untuk menangkapNya (Yohanes 7:32) tidak dapat berbuat banyak dengan kenyataan yang terjadi. Sepertinya Yesus yang mereka anggap sebagai musuh mereka semakin banyak meraih simpati umat sehingga membuat mereka tidak dapat menangkap Yesus dengan mudah apalagi dengan yang dikatakan oleh Nikodemus dalam pasal 7:50-51 memang benar tentang diri Yesus.
Dengan apa yang mereka lihat dari sikap orang banyak dan juga Nikodemus terhadap Yesus maka orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat hendak memanfaatkan kesempatan ketika seluruh umat sedang berkumpul mendengarkan pengajaran Yesus dengan cara menjebak Yesus dan memperlihatkan kesalahanNya. Hal itu mereka rancang dengan membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Sudah jelas bahwa sasaran utama mereka bukanlah perempuan itu, tetapi Yesus sebagai musuh mereka. Lalu mereka menempatkan perempuan yang kedapatan berbuat zinah itu di tengah-tengah orang banyak. Tindakan mereka dimaksudkan untuk meminta pendapat Yesus tentang bagaimana memperlakukan perempuan yang kedapatan berzinah.
Sebelum menanyakan pendapat Yesus, mereka menganggap bahwa perlu untuk memberikan informasi tentang apa yang mereka ketahui tentang perzinahan: dan perempuan itu harus dilempari batu sampai mati. Karena mereka sudah tahu bahwa Yesus merupakan pribadi yang penuh belas kasihan sampai berani melanggar tradisi hari Sabat (Yohanes 5). Maka mereka mencari cara supaya bisa menangkap dan membunuh Yesus. Jika mereka menangkap dan membunuhNya hanya karena Dia telah melanggar tradisi hari Sabat nampaknya tidak cukup beralasan, mereka membutuhkan alasan yang jauh lebih kuat.
Setelah memberitahukan pemahaman mereka tentang bagaimana memperlakukan perempuan yang kedapatan berbuat zinah, maka orang-orang Farisi itu mengajukan pertanyaan kepada Yesus, ”Apakah pandanganMu tentang hal itu?”.
Mengetahui niat tersebut, Yesus seakan tidak peduli dengan pertanyaan mereka. Ia membungkuk ke tanah sambil menulis. Perkataan mereka tentang perzinahan adalah benar, namun Yesus tahu maksud hati mereka. Mereka hanya memperlihatkan kenyataan bahwa perempuan itu telah berzinah, sehingga hal yang mendasari kenyataan telah diabaikan sama sekali. Karena itu, Ia memilih untuk menulis dengan jariNya ke tanah.
Tidak diberitahukan apa yang sedang ditulisNya. Tetapi yang mau dikatakan dengan tindakan Yesus itu memperlihatkan kepada mereka akan kecenderungan mereka untuk memberi hukuman tanpa pertimbangan karena upaya mereka yang hendak menjebakNya. Sikap Yesus yang demikian tidak menyurutkan upaya mereka. Mereka terus menerus bertanya kepadaNya.
Akhirnya Yesus bangkit berdiri dan berkata, “Barangsiapa di antara kalian yang tidak berdosa hendaklah yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”. Hal ini hendak menegur mereka supaya memiliki belas kasihan seperti diriNya. Mereka jangan bersikap sombong padahal mereka sendiri juga adalah orang berdosa yang membutuhkan belas kasihan dari Tuhan Yesus. Ternyata satu persatu dari mereka pergi meninggalkan perempuan itu, mulai dari yang tertua, yang terkecil. Maka tinggallah Yesus sebagai penyelamat orang berdosa dengan perempuan berdosa yang telah diselamatkanNya.
Tuhan Yesus bisa saja melemparkan batu kepada perempuan itu, sebab Dia benar-benar berdosa. Tetapi Ia lebih memilih mengutamakan pemulihan orang berdosa dari pada ketaatan kepada hukum Taurat yang hanya kelihatan dari kulit luarnya saja. Lalu Yesus berdiri dan bertanya “Hai perempuan di manakah mereka? Tidak adakah seorang pun yang menghukum engkau?”.
Sebuah pertanyaan yang membangkitkan kesadaran diri bahwa bukan hanya perempuan itu saja yang berdosa tetapi semua orang adalah pendosa. Itulah sebabnya ia tidak usah minder dan merasa dikucilkan. Dengan demikian Anugerah Allah datang pada perempuan itu dimana Yesus berkata “ Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi“.
Dalam hal ini memperlihatkan bahwa Yesus tidak menganggap ringan dosa perzinahan dan diperlihatkan juga bahwa bukan perempuan itu saja yang berdosa tetapi juga orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Karena itu siapapun sangat membutuhkan belas kasihan Allah dan juga perintah tegas untuk tidak berbuat dosa lagi.
Dalam cerita ini sangat ditekankan pentingnya belas kasihan kepada sesama dan bagaimana merenungkan dengan baik akan sikap hidup sebagai orang-orang berdosa yang sangat membutuhkan belas kasihan dan pengampunan dari Allah.
Keluarga yang di berkati Tuhan….
Dari Firman Tuhan ini kita dapat belajar bagaimana kita merenungkan dan menyadari dengan baik akan diri kita sebagai orang yang percaya kapada Tuhan. Atau dengan kata lain siapakah diri kita yang sesungguhnya dihadapan Tuhan?
Kita adalah manusia yang berdosa yang sangat membutuhkan belas kasihan dan pengampunan dari Tuhan. Kita bersyukur karena Tuhan menyelamatkan dan menebus kita dari segala dosa yang kita lakukan. Kita bersyukur memiliki Tuhan yang berkorban nyawa demi keselamatan hidup kita. Karena itu syukur yang kita nyatakan harus disertai dengan perubahan atau pembaharuan sikap atau cara hidup kita menjadi lebih baik lagi atau dengan kata lain kita berusaha untuk tidak hidup dalam dosa.
Ketika kita melihat sesama kita berbuat dosa jangan kita menghakimi menurut kemauan atau cara kita sendiri dan menganggap bahwa diri kitalah yang paling benar seperti sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tetapi bagaimana kita hadir sebagai pribadi yang saling mengingatkan untuk suatu pembaharuan sikap yang lebih baik sesuai dengan kehendak Tuhan dan memiliki rasa belas kasihan terhadap sesama kita seperti Yesus.
Kita ingat bahwa kita adalah orang berdosa yang sebenarnya tidak layak disebut anak Tuhan tetapi karena kasih Tuhan melayakkan kita untuk menjadi anak-anakNya yang hidup melakukan kehendakNya. Amin. [*]
Penyusun : Cavic. Heli Sabarua, S.Th